Kamis, 02 Maret 2017

MODEL PEMBELAJARAN INDIVIDUAL

A.      Model Pembelajaran Individual
            Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang menitikberatkan bantuan dan bimbingan kepada masing-masing individu. Pembelajaran individual atau pengajaran perseorangan merupakan suatu strategi untuk mengatur kegiatan belajar mengajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa memperoleh perhatian lebih banyak daripada yang dapat diberikan dalam rangka pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam kelompok siswa yang besar. Menurut Duane (1973), pengajaran individual merupakan suatu cara pengaturan program belajar dalam setiap mata pelajaran, disusun dalam suatu cara tertentu yang disediakan bagi tiap siswa agar dapat memacu kecepatan belajarnya di bawah bimbingan guru.
            Adanya perbedaan individual menunjukkan adanya perbedaan kondisi belajar setiap orang, agar individual dapat berkembang secara optimal dalam proses belajar diperlukan orientasi yang parallel dengan kondisi yang dimilikinya dituntut penghargaan akan individualitas. Dalam pengajaran beberapa perbedaan yang harus diperhatikan, yakni:
1.     Perbedaan umur,
2.     Perbedaan intelegensi,
3.     Perbedaan kesanggupan dan kecepatan, dan
4.     Perbedaan jenis kelamin.
           
            Perbedaan individual tersebut harus mendapat perhatian guru agar berhasil dalam pemberian pembelajaran kepada siswa. Untuk mengetahui itu guru harus mengenal perbedaan yang ada pada siswa, antara lain dengan cara tes, mengunjungi rumah orangtua siswa, sosiogram, dan case studi. Model pembelajaran individual menawarkan solusi terhadap masalah peserta didik yang beraneka ragam tersebut. Pembelajaran individual memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan sendiri tempat, waktu, kapan dirinya merasa siap untuk menempuh ulangan atau ujian. Pembelajaran individual mempunyai beberapa ciri, sebagai berikut:
a.      Peserta didik belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing, tidak pada kelasnya.
b.     Peserta didik belajar secara tuntas, karena peserta didik akan ujian jika mereka siap.
c.      Setiap unit yang dipelajari memuat tujuan pembelajaran khusus yang jelas.
d.     Keberhasilan peserta didik diukur berdasarkan sistem nilai mutlak. Ia berkompetisi dengan angka bukan dengan temannya.
           
            Model pembelajaran individual ini bertitik tolak dari teori humanistik yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Tokoh humanistik adalah Abraham Maslow (1962), R. Rogers, C. Buhler, dan Arthur Comb. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual. Teori humanistik timbul sebagai gerakan memanusiakan manusia. Pada teori humanistik ini, pendidik seharusnya berperan sebagai pendorong, bukan menahan sensitifitas siswa terhadap perasaannya. Implikasi teori humanistik dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
a.      Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan.
b.     Tingkah laku yang ada, dapat dilaksanakan sekarang (learning to do).
c.      Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.
d.     Sebagian besar tingkah laku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri.
e.      Mengajar adalah bukan hal penting, tapi belajar siswa adalah sangat penting (learn how to learn).
f.      Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap.

            Model pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.      Pembelajaran nondirektif, bertujuan untuk membentuk kemampuan dan perkembangan pribadi (kesadaran diri, pemahaman, dan konsep diri).
b.     Latihan kesadaran, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal atau kepedulian siswa.
c.      Sintetik, untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan memecahkan masalah secara kreatif.
d.     Sistem konseptual, untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.
           
B.    Sintaks Model Pembelajaran Individual
            Pengajaran individual dapat mencakup cara-cara pengaturan sebagai berikut:
a.      Rencana Studi Mandiri (Independent Study Plans)
Guru dan siswa bersama-sama mengadakan perjanjian mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari dan apa tujuannya. Para siswa mengatur belajarnya sendiri dan diberikan kesempatan untuk berkonsultasi secara berkala kepada guru untuk memperoleh pengarahan atau bantuan dalam menghadapi tes dan menyelesaikan tugas-tugas perseorangan.

b.     Studi yang Dikelola Sendiri (Self-Directed Study)
Siswa diberi sejumlah daftar tujuan yang harus dicapai serta materi pelajaran yang harus dipelajari untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dilengkapi dengan daftar kepustakaan. Pada waktu-waktu tertentu siswa menempuh tes dan dinyatakan lulus apabila telah memenuhi kriteria yang ditetapkan.

c.      Program Belajar yang Berpusat Pada Siswa (Learner-Centered Program)
Dalam batas-batas tertentu siswa diperbolehkan menentukan sendiri materi yang akan dipelajari dan dalam urutan yang bagaimana. Setelah siswa menguasai kemampuan-kemampuan pokok dan esensial, mereka diberi kesempatan untuk belajar program pengayaan.

d.     Belajar Menurut Kecepatan Sendiri (Self-Pacing)
Siswa mempelajari materi pelajaran tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan oleh guru. Semua siswa harus mencapai tujuan pembelajaran khusus yang sama, namun mereka mengatur sendiri laju kemajuan belajarnya dan mempelajari materi pelajaran tersebut.

e.      Pembelajaran yang Ditentukan Oleh Siswa Sendiri (Student-Determined Instruction)
Pengaturan pembelajaran tersebut menyangkut penentuan tujuan pembelajaran (umum dan khusus), pilihan media pembelajaran dan narasumber, penentuan alokasi waktu untuk mempelajari berbagai topik, penentuan laju kemajuan sendiri, mengevaluasi sendiri pencapaian tujuan pembelajaran, dan kebebasan untuk memprioritaskan materi pelajaran tertentu.

f.      Pembelajaran Sesuai Diri (Individual Instruction)
Strategi pembelajaran ini mencakup enam unsur dasar, yaitu: kerangka waktu yang luwes, adanya tes diagnostik yang diikuti pembelajaran perbaikan (memperbaiki kesalahan yang dibuat siswa atau memberi kesempatan kepada siswa untuk; melangkah bagian materi pelajaran yang telah dikuasainya, pemberian kesempatan kepada siswa untuk memilih bahan belajar yang sesuai, penilaian kemajuan belajar siswa dengan menggunakan bentuk-bentuk penilaian yang dapat dipilih dan penyediaan waktu mengerjakan yang luwes, pemilihan lokasi belajar yang bebas, dan adanya bentuk-bentuk kegiatan belajar bervariasi yang dapat dipilih.

g.     Pembelajaran Perseorangan Tertuntun (Individually Prescribed Instruction)
Sistem pembelajaran ini didasarkan pada prinsip-prinsip pembelajaran terprogram. Setiap siswa diarahkan pada program belajar masing-masing berdasarkan rencana kegiatan belajar yang telah disiapkan oleh guru atau guru bersama siswa berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan dirumuskan secara operasional. Rencana kegiatan ini berkaitan dengan materi pelajaran yang harus dipelajari atau kegiatan yang harus dilakukan siswa.

C.    Metode Dan Teknik Yang Digunakan
a.      Metode Tanya Jawab
Tanya jawab ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik. Dengan metode ini, antara lain dapat dikembangkan keterampilan mengamati, menginterprestasi, mengklasifikasi, membuat kesimpulan, dan menerapkan. Metode tanya jawab mempunyai tujuan agar siswa dapat mengerti atau mengingat-ingat tentang apa yang dipelajari.

b.     Metode Tugas
Metode tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, dan diperpustakaan ataupun dirumah asalkan tugas itu dapat dikerjakan. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran yang terlalu banyak sementara waktu sedikit. Tugas bisa merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual ataupun kelompok.

c.      Metode Latihan
Metode latihan yang disebut juga metode training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.

d.     Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk pembiasaan anak didik berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.

e.      Metode Keteladanan
Keteladanan dalam bahasa Arab disebut uswah, iswah, atau qudwah, qidwah yang berarti perilaku baik yang dapat ditiru oleh orang lain (anak didik). Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya pencapaian keberhasilan pendidikan.

            Menurut Hamzah B. Uno (2008:18), ada beberapa model pembelajaran yang termasuk pada pendekatan pembelajaran individual, diantaranya adalah model pembelajaran pengajaran tidak langsung (non directive teaching), model pembelajaran pelatihan kesadaran (awareness training), sinektik, sistem konseptual, dan model pembelajaran pertemuan kelas (classroom meeting). Berikut adalah model-model pembelajaran yang lain:
a.      Distance learning (pembelajaran jarak jauh),
b.     Resource-based learning (pembelajaran langsung dari sumber),
c.      Computer-based training (pelatihan berbasis komputer), dan
d.     Directed private study (belajar secara privat langsung).

D.    Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Individual
1.     Kelebihan, yaitu:
a.      Pembelajaran tidak dibatasi waktu.
b.     Siswa dapat belajar secara tuntas.
c.      Perbedaan-perbedaan yang banyak diantara para peserta dipertimbangkan.
d.     Para peserta didik dapat bekerja sesuai dengan tahapan mereka dengan waktu yang dapat mereka sesuaikan.
e.      Gaya-gaya pembelajaran yang berbeda dapat diakomodasi.
f.      Hemat untuk peserta dalam jumlah besar.
g.     Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai bagaimana dan apa yang mereka pelajari.
h.     Merupakan proses belajar yang bersifat aktif bukan pasif.

2.     Kelemahan, yaitu:
a.      Memerlukan waktu yang banyak untuk mempersiapkan bahan-bahan.
b.     Motivasi peserta mungkin sulit dipertahankan.
c.      Peran instruktur perlu berubah.
d.    Keberhasilan tujuan pembelajaran kurang tercapai, karena tidak ada tempat untuk siswa bertanya.

Sumber:

http://habeahsntshirut.blogspot.co.id/. Diakses pada tanggal 1 Maret 2017.

1 komentar: